RENCANA
PEMBUATAN PELABUHAN TUKS
DATA-DATA RENCANA PELABUHAN
a. Peta Topografi
Dari gambar
di bawah terlihat bahwa lokasi rencana Pelabuhan yang dipilih/gunakan berada di
sekitar Pelabuhan Merak dengan titik koordinat terpilih yaitu 5°56'27"S - 106°00'02"E

Gambar 1.
Peta Topografi
b. Data Angin
.
c. Data Gelombang
Di Laut Jawa, gelombangnya
disebabkan oleh angin dan arahnya bisa sangat bervariasi, khususnya pada
bulan-bulan transisi (April dan akhir Oktober sampai Nopember) antara muson NW
(dari Nopember sampai Maret) dan muson SE (antara Oktober dan Nopember). Di
sepanjang tahun, ketinggian gelombang laut kurang dari 1 meter.
Karena kandidat situs pembangunan
terminal kontainer menghadap ke pantai utara Pulau Jawa, kondisi gelombang
umumnya berat selama musim muson NW. Dan gelombang antara N dan NW paling
sering terjadi di bulan Januari.
Dalam setting gelombang yang
digunakan untuk merencanakan dan mendesain studi ini, laju terjadinya gelombang
pada tiap kandidat situs dan parameter gelombang desain diperkirakan dengan
pemrosesan statistik dan dengan menganalisis transformasi gelombang. Data
gelombang untuk analisis ini merupakan hasil dari hindcast (metode untuk
menguji model matematis) dari studi JICA sebelumnya (2002 – 2003) dengan
menggunakan metode SMB dan data angin dari 1997-2001 yang diamati di Stasiun
Meteorologi Cengkareng milik BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika).
Tinggi Gelombang dan Arah
Gelombang
Karena kisaran gelombang yang
ditimbulkan oleh angin dan gelombang laut di Pulau Jawa relatif kecil,
gelombang besar jarang terjadi.
Arah gelombang paling dominan
adalah arah Barat dan laju kejadiannya 10.5 % sedangkan laju kejadian untuk
arah lain kecil, bervariasi dari 1,6 sampai 4,1 %. Kawasan tersebut relatif
tenang karena persentase kejadian gelombang yang tenang 68.5%, dan persentase
kumulatif dari tinggi gelombang yang kurang dari 0,5 m dan 1,0 berturut-turut
adalah 86,6% dan 96,9%.
d. Data Pasang surut
Menurut Triatmodjo (1999) dengan
mengetahui kondisi pasang surut suatu perairan maka kedalaman perairan tersebut
akan diketahui sehingga dapat menentukan alur pelayaran kapal. Pengetahuan
pasang surut juga dapat digunakan untuk kegiatan di pelabuhan, pembangunan
bangunan pantai, serta pengembangan daerah pesisir.
Data pasang surut sangat
dibutuhkan didaerah ini, selain untuk memperhatiakan kelangsungan pelabuhan,
juga untuk menjaga agar kapal tidak karam ketika terjadi pasang tersurut
sekalipun, maka sangat penting diadakan diadakannya studi tentang peramalan
pasang surut di daerah tersebut sebagai data pendukung untuk pembangunan dan
pengembangan wilayah Pelabuhan di Wilayah Merak.
Dalam Peramalan Pasang Surut
terdapat 2 metode yang dapat digunakan yaitu Matlab dan MIKE 21 sedangkan untuk
mengetahui komponennya dan tipe pasang surutnya menggunakan metode Admiralty.
Metode MIKE 21 menghasilkan nilai MRE yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 10
– 30 %.
a) Analisis Menggunakan Metode
Admiraty
Data dari hasil pengamatan di
lapangan kemudian dihitung dan dianalisa dengan metode harmonik yaitu metode
Admiralty. Analisa harmonik metode Admiralty adalah analisa pasang surut yang
digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan
keterlambatan fase. Djaja (1989) dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989)
mengemukakan metode Admiralty dimana permukaan air laut rata-rata diperoleh
dengan menghitung konstanta-konstanta pasut. Setelah didapatkan
komponen-komponen pasang surut yaitu amplitudo dan harga keterlambatan fase,
kemudian dihitung :
1. MSL (Mean Sea Level) = A(S0)
2. LLW (Lowest Low Water) = A(S0) –
(A(M2) + A(K1) + A(O1) + A(P1) + A(K2))
3. HHW (Highest High Water) = A(S0) +
(A(M2) + A(K1) + A(O1) + A(P1) + A(K2))
4. Tipe pasang (F) = A(K1) + A(O1) / A(M2) +
A(S2)
b) Peramalan Pasang Surut Menggunakan
MIKE21
Proses analisa harmonik pasang
surut diawali dengan merubah terlebih dahulu data pasang surut ke dalam satuan
meter atau feet, kemudian data pasang diurutkan berdasarkan urutan waktu
pengamatan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Setelah itu proses
selanjutnya adalah memasukan data pasang surut dan koordinat titik pengamatan
kedalam program MIKE21 kemudian menggunakan program tide prediction of height
untuk peramalan pasang surutnya dan akan didapatkan hasil dari peramalan
tersebut beserta komponen – komponennya.
c) Peramalan Pasang Surut Menggunakan
World Tides
Proses analisa harmonik pasang
surut diawali dengan merubah terlebih dahulu data pasang surut ke dalam satuan
meter atau feet, kemudian data pasang diurutkan berdasarkan urutan waktu
pengamatan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Setelah itu proses
selanjutnya adalah memasukan data pasang surut dan koordinat titik pengamatan
kedalam program Least Square kemudian menggunakan program tide prediction of
height untuk peramalan pasang surutnya dan akan didapatkan hasil dari peramalan
tersebut beserta komponen – komponennya.
Hasil analisis data pasang surut
dapat dilihat pada sebuah grafik dan tabel komponen- komponen pasang surut
dibawah ini.
Gambar 3. Grafik
Pasang Surut Pelabuhan Labuhan
|
|
S0 |
M2 S2 |
N2 |
K1 O1 |
M4 |
MS4 |
K2 |
P1 |
|
A cm |
114 |
16 18,5 |
1,7 |
28 7,4 |
2,6 |
2,4 |
5 |
9 |
|
g° |
|
239 344 |
170 |
230 75 |
123 |
256 |
344 |
230 |
Tabel. 1. Nilai Komponen Pasang Surut Pelabuhan Labuhan
Berdasarkan
gambar 3 dan tabel 1 diatas, pasang surut di Pelabuahn Labuhan Banten
memiliki nilai Fromzhal sebesar 1.03, hal tersebut menyatakan bahwa tipe
pasangsurut di perairan ini merupakan tipe pasang surut condong harian ganda,
dengan nilai MSL (Mean Sea Level)
sebesar 114 cm, HWL (High Water Level)
sebesar 149 cm, dan LWL (Low Water Level)
mencapai 50 cm.
Peramalan Pasang Surut Menggunakan
World Tides
Berdasarkan hasil pengolahan data pasang surut di Pelabuhan Labuhan
menggunakan WolrdTides maka dapat
diketahui hasilnya mengunakan grafik dan tabel dibawah ini.
Gambar 4. Grafik Perwakilan Peramalan Pasang Surut Januari 2019
|
Bulan |
|
|
HWL (Cm) |
|
|
|
LWL(Cm) |
|
|
|
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
|
Januari |
153 |
154 |
152 |
158 |
49 |
52 |
44 |
56 |
|
Februari |
160 |
162 |
151 |
157 |
41 |
43 |
42 |
52 |
|
Maret |
169 |
171 |
170 |
171 |
20 |
22 |
19 |
21 |
|
April |
167 |
168 |
172 |
167 |
18 |
20 |
10 |
12 |
|
Mei |
154 |
155 |
158 |
159 |
21 |
22 |
20 |
18 |
|
Juni |
147 |
148 |
149 |
147 |
35 |
45 |
33 |
29 |
|
Juli |
148 |
159 |
154 |
146 |
52 |
54 |
50 |
44 |
|
Agustus |
166 |
168 |
164 |
161 |
36 |
37 |
40 |
34 |
|
September |
170 |
170 |
172 |
170 |
22 |
21 |
24 |
20 |
|
Oktober |
169 |
169 |
167 |
173 |
16 |
18 |
18 |
17 |
|
November |
156 |
158 |
152 |
157 |
22 |
19 |
28 |
18 |
|
Desember |
149 |
150 |
149 |
149 |
50 |
30 |
40 |
36 |
Tabel
2. Niali HWL dan LWL peramal pasang surut dengan
WorldTides pada
tahun 2017-2019
![]() |
Gambar 5. Grafik Nilai HWL dan LWL Peramalan Pasang Surut Degan
WorldTides Pada Tahun 2017-2019
Peramalan Pasang Surut Menggunakan
MIKE21
Berdasarkan hasil
pengolahan data pasang surut di Pelabuhan Labuhan menggunakan MIKE21
maka dapat diketahui hasilnya mengunakan grafik dan tabel dibawah ini
Gambar 6. Grafik
Perwakilan Peramalan Pasang Surut Januari 2019
|
Bulan |
|
HWL (Cm) |
|
|
LWL(Cm) |
|
|
|
2017 |
2018 |
2019 |
2017 |
2018 |
2019 |
|
Januari |
139,42 |
139,60 |
139,45 |
87,96 |
87,33 |
88,26 |
|
Februari |
138,20 |
139,76 |
139,45 |
89,52 |
88,72 |
89,27 |
|
Maret |
135,89 |
138,09 |
137,60 |
90,19 |
89,90 |
91,19 |
|
April |
137,65 |
136,09 |
137,15 |
88,01 |
88,78 |
89,72 |
|
Mei |
138,79 |
137,50 |
137,89 |
86,60 |
87,24 |
88,10 |
|
Juni |
139,24 |
138,56 |
137,36 |
86,97 |
86,70 |
87,36 |
|
Juli |
139,39 |
139,27 |
138,07 |
88,24 |
87,47 |
87,74 |
|
Agustus |
138,27 |
139,51 |
138,92 |
89,96 |
88,73 |
88,86 |
|
September |
136,12 |
138,12 |
137,24 |
92,71 |
90,82 |
90,92 |
|
Oktober |
135,49 |
135,76 |
137,69 |
89,34 |
88,30 |
88,52 |
|
November |
137,28 |
137,05 |
138,17 |
87,31 |
86,86 |
87,60 |
|
Desember |
138,70 |
138,20 |
137,96 |
86,68 |
87,21 |
87,52 |
Tabel 3. Niali HWL dan LWL peramal pasang surut dengan WorldTides
pada tahun 2017-2019
e. Data Peta Batimetri
f.
Data
Sedimentasi
g. Data Arus
Di laut Jawa yang terbuka, umumnya
arus permukaan searah dengan arah angin muson. Dari Nopember sampai Maret
arusnya ke arah ESE di Laut Jawa dengan kecepatan rata-rata 0,75 sampai 1,25
knot (0,4 sampai 0,6 m/detik). Antara Mei dan September arusnya ke arah WNW di
Laut Jawa dengan kecepatan rata-rata 0.75 knot. Kecepatan maksimum biasanya
kurang dari 2 knot tetapi pada saat tertentu yang jarang terjadi pada kedua
muson, pernah tercatat 3 knot. Selama bulan April dan akhir Oktober sampai
Nopember, yang merupakan bulan transisi muson NW dan SE, arusnya bervariasi.
h. Data Tanah
Di masa lalu, banyak survei
kondisi sub tanah yang dilakukan di Pelabuhan Merak oleh JICA dan/atau tim
studi lainnya, seperti “Studi untuk Pembangunan Pelabuhan Metropolitan Jakarta
Raya (studi JICA tahun 2002)”.
Menurut hasil survei di masa lalu,
terlihat bahwa kondisi sub tanah digolongkan ke dalam tiga lapisan utama
sebagai berikut;
·
Lapisan
paling atas yang merupakan lapisan lembut dengan kisaran ketebalan sekitar 5
sampai 13 m, dan nilai-N nya sekitar 0
·
Lapisan
kedua yang merupakan lapisan deposit yang terdiri atas abu vulkanik pada
ketinggian tanah mendekati kisaran Mean Sea Level (MSL) atau Rata-rata
Permukaan Laut dengan nilai-N sekitar 6.
·
Lapisan
ketiga yang merupakan lapisan deposit yang terdiri atas abu vulkanik, pasir dan
lumpur di ketinggian mendekati kisarab MSL -20 sampai -25 m dengan nilai-N
sekitar 50 atau lebih.
i.
Data
Kapal
Adapun jenis – jenis kapal yang
digunakan untuk bongkar muat barang, yaitu :
1. Kapal Tanker
Kapal ini memiliki sistem mutakhir
untuk keselamatan para awaknya. Tangker digunakan untuk membawa zat cair dalam
jumlah besar. Kategori kapal ini di antaranya yaitu pembawa gas alam, minyak,
dan bahan kimia.
2. Kapal container
Kapal kargo yang membawa container
sebesar ukuran truk, dalam teknik yang disebut containerization. Ini adalah
jenis paling umum pada moda transportasi barang komersil. Kebanyakan kapal
kontainer digerakkan oleh mesin diesel, dan memiliki awak antara 10 dan 30
orang.Mereka umumnya memiliki blok akomodasi besar di buritan, di atas ruang
mesin.
3. Kapal Ro-Ro
Kapal ini digunakan untuk membawa
berbagai kendaraan yang dirancang dengan built-in yang landai. Tujuan didesain
seperti itu agar memudahkan bongkar muat kargo kendaraan tersebut.
4. Kapal Kargo
Kapal ini digunakan untuk mengangkut
kontainer dengan sistem containerization. Tehnik ini agar kontainer bisa
dibongkar secara serentak dan kapal bisa cepat berlayar lagi.
5. Kapal Bulk Carrier
Kapal ini dirancang untuk
mengangkut kargo curah seperti semen, bijibijian, dan batu bara. Kapal Bulk
Carrier mempunyai daya angkut yang ekstra besar.
6. Kapal Pendingin (biasanya disebut
Reefers)
Adalah kapal kargo biasanya
digunakan untuk mengangkut komoditas yang mudah rusak yang membutuhkan
temperatur terkendali. Umumnya berupa buah-buahan, daging, ikan, sayuran,
produk susu dan bahan makanan lainnya.
7. Kapal Tongkang
Adalah perahu datar, dibangun
terutama untuk transportasi sungai dan kanal barang berat. Kebanyakan tongkang
tidak mempunyai mesin baling-baling sendiri dan harus dipindahkan oleh kapal
tugboat penarik atau towboats untuk mendorongnya.
Terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) sesuai
dengan undang undang yang berlaku bahwasanya adalah Suatu terminal yang
terletak di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan
sendiri sesuai dengan usaha pokok terminal tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 20
Tahun 2017 Tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) bertujuan untuk menunjang usaha atau
kegiatan tertentu di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan. Dalam hal ini biasanya digunakan untuk menunjang usaha
anak perusahaan sesuai dengan pokok yang sejenis dan pemasok bahan baku dan
peralatan penunjang produksi untuk keperluan badan usaha yang bersangkutan.
Kegiatan
tertentu tersebut antara lain
1.
Pertambangan
2.
Energi
3.
Kehutanan
4.
Pertanian
5.
Perikanan
6.
Industry
7.
pariwisata dok
8.
galangan kapal dan kegiatan
lainnya yang dalam pelaksanaan kegiatan pokonya memerlukan fasilitas dermaga.
Pengolaan TUKS hanya dapat dilakukan atas dasar
kerjasama dengan Penyelenggara Pelabuhan dan setelah memperoleh persetujuan pengelolaan
dari :
1)
Direktur Jenderal, untuk TUKS
yang berlokasi di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan utama dan pengumpul
2)
Gubernur, untuk TUKS yang
berlokasi didalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan pengumpan regional
3)
Bupati/Walikota, untuk TUKS
yang berlokasi di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan pengumpan lokal
Syarat-syarat Permohonan
Izin Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah sebagai
berikut:
1. Surat Permohonan;
2. Bukti Kerjasama dengan Penyelenggara Pelabuhan;
Bukti kerjasama berupa perjanjian
kerjasama yang paling sedikit memuat :
1. Kewajiban dan hak Penyelnggara Pelabuhan
meliputi :
a) Menyediakan dan memelihara penahan
gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran, dan jaringan jalan
b) Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran.
c) Menjamin keamanan dan ketertiban di TUKS.
d) Menjamin dan memelihara kelestarian
lingkungan di TUKS.
e) Menjamin kelancaran arus barang.
f) Mengatur dan mengawasi penggunaan perairan.
g) Mengawasi penggunaan Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
h) Mengatur lalu lintas kapal keluar masuk TUKS
melalui pemanduan kapal.
i) Pengenaan tarif sesuai dengan peraturan perundang-undanngan.
2. Kewajiban dan hak pengelola TUKS meliputi :
a) Menyediakan dermaga untuk bertambat
b) Menyediakan fasilitas naik turun
penumpang dan atau kendaraan
c) Menyediakan alat bongkar muat barang
d) Mendapatkan jaminan kelancaran arus
barang
e) Mendapatkan jaminan keselamatan dan
keamanan pelayaran
3. Data Perusahaan yang meliputi akta
perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan Izin Usaha Pokok lainnya;
4. Izin USaha Pokok dari Instansi Terkait;
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
6. Gambar tata letak TUKS skala yang memadai;
7. Gambar Konstruksi Bangunan Pokok/Dermaga (denah,
tampak dan potongan);
8. Gambar Letak Lokasi TUKS dengan koordinat Geografis
sesuai dengan peta laut;
9. Bukti penguasaan Tanah;
10. Ringkasan Rencana Kegiatan/Proposal TUKS;
Memuat :
a) Maksud dan tujuan pengelolaan TUKS
b) Prediksi jenis dan jumlah Bahan Baku yang
digunakan
c) Prediksi jenis dan jumlah peralatan
penunjang Hasil Produksi
d) Prediksi jenis dan jumlah Hasil Produksi
e) Prediksi jenis, ukuran, dan jumlah kapal
/ tongkang yang akan digunakan
f) Prediksi jangka waktu penggunaan TUKS
11. Rekomendasi dari Syahbandar pada
Pelabuhan setempat;
Memuat :
a) Dimensi kapal / tongkang yang digunakan
sesuai dengan kondisi perairan dan fasilitas dermaga yang akan dibangun
b) Kedalaman perairan yang dihitung dalam
LWS
c) Titik koordinat geografis lokasi TUKS
paling sedikit pada 3 ( tiga ) titik
d) Kegiatan pengoperasian TUKS tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas kapal dan operasional pelabuhan.
12. Berita Acara Hasil Peninjauan Lokasi oleh Tim
Teknis Terpadu;
13. Studi Lingkungan Hidup Kepelabuhanan yang telah
Disahkan oleh Pejabat Yang Berwenang;
Fasilitas dalam
TUKS
TUKS
berfungsi untuk menunjang kegiatan tertentu di dalam Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, oleh karena itu sebagian fasilitas
di perairan dan daratan yang digunakan untuk operasi lalu lintas kapal dan
barang disediakan oleh Penyelenggara Pelabuhan.
Kelengkapan dalam
TUKS mencakup fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang terletak di wilayah
perairan dan daratan sebagai berikut.
a) Fasilitas
pokok
1.
Dermaga;
2.
Lapangan penumpukan;
3.
Gudang;
4.
Peralatan bongkar muat;
5.
Fasilitas penampungan limbah;
6.
Fasilitas pemadam kebakaran;
7.
Fasilitas tanggap darurat.
b) Fasilitas
penunjang
1.
Ruangan kantor;
2.
Instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;
3.
Jaringan jalan; dan
4.
Jaringan air limbah, drainase dan sampah
.jpg)




Komentar
Posting Komentar